You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan TUKSONO
Kalurahan TUKSONO

Kap. SENTOLO, Kab. KULON PROGO, Provinsi DI Yogyakarta

PAGELARAN WAYANG KULIT MERIAHKAN PERINGATAN 1 MUHARRAM 1447 H DI KALIWIRU

Administrator 27 Juni 2025 Dibaca 22 Kali
PAGELARAN WAYANG KULIT MERIAHKAN PERINGATAN 1 MUHARRAM 1447 H DI KALIWIRU

PAGELARAN WAYANG KULIT MERIAHKAN PERINGATAN 1 MUHARRAM 1447 H DI PADUKUHAN KALIWIRU

 

Tuksono, 26 Juni 2025 — Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H, warga Padukuhan Kaliwiru menggelar Pagelaran Wayang Kulit bertempat di kawasan Wisata Gunung Dayakan, Kaliwiru, Tuksono, Sentolo, Kulon Progo. Acara ini menghadirkan dalang kondang Ki Wisnu Pamungkas Hadi Prayitno dari Bantul, yang membawakan lakon “Pandawa Kumpul”, diiringi oleh karawitan Simbarinten Kanoman Official.

 

Acara berlangsung meriah dan khidmat, dihadiri oleh berbagai tokoh dan pejabat, antara lain:

Bapak L. Edi Sujatmiko, Tim Monitoring Pendamping Kalurahan Mandiri Budaya, Bapak Aris Sarjono, S.H., Kepala Jawatan Keamanan Kapanewon Sentolo, Kapolsek Sentolo, Bapak Zainuri Lurah Tuksono, Pamong Kalurahan, anggota Bamuskal, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Pendamping Budaya dan Ketua Kalurahan Mandiri Budaya.

 

Dalam sambutannya, Ketua Panitia Bapak Mubari menyampaikan bahwa pagelaran wayang kulit ini merupakan bagian dari rangkaian acara Syuran Padukuhan Kaliwiru, yang meliputi: Kerja bakti, Sholawatan, Kenduri Kembul bujana, Pagelaran wayang kulit, dan Pentas Jathilan Kuda Wahyu Manunggal.

 

Sementara itu, dalam sambutannya, Bapak L. Edi Sujatmiko menekankan pentingnya pelestarian seni budaya tradisional, terutama wayang kulit.

 

 “Wayang kulit bukan hanya sebagai tontonan, namun juga sebagai tuntunan. Mari kita jaga bersama agar warisan budaya ini tidak punah dan dapat terus dikenalkan kepada generasi muda,” ujarnya.

 

Kegiatan ini tidak hanya sebagai bentuk syukur menyambut Tahun Baru Hijriah, namun juga sebagai sarana mempererat persaudaraan warga dan memperkuat identitas budaya lokal. Antusiasme masyarakat yang hadir menjadi bukti bahwa seni tradisional masih memiliki tempat yang hangat di hati masyarakat. (Riyad Martubi/Lista N - Lentera)

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image